Julaibib, Lelaki Langit

“Tetapi aku kehilangan Julaibib.” Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Julaibib, begitulah ia dikenal. Kata ini sendiri mungkin sudah menunjukkan ciri fisiknya, kerdil. Nama ini, tentu bukan ia sendiri yang menghendaki, atau mungkin tidak pula kedua orangtuanya karena ia pun tidak tahu siapa ayah dan bundanya. Demikian pula, orang-orang disekitarnya, semuanya tidak tahu atau tak mau tentangnya. Tak dikenal jua, dari suku manakah ia. Celakanya lagi, bagi masyarakat Yatsrib, tak bernasab dan tak bersuku adalah cacat sosial yang tak terampunkan.
Tampilan fisik dan kesehariannya juga menggenapkan sulitnya manusia berdekat-dekat dengannya. Wajahnya yang jelek terkesan sangar. Pendek. Bungkuk. Hitam. Fakir. Kainnya using. Pakaiannya lusuh. Kakinya pecah-pecah tak beralas. Tak ada rumah untuk berteduh. Tidur sembarangan berbantalkan tangan dan berkasurkan pasir dan kerikil. Tak ada perabotan. Minum hanya dari kolam umum yang diciduk dengan tangkupan telapan. Abu Barzah, seorang pemimpin Bani Aslam, sampai-sampai berkata tentang Julaibib, “Jangan pernah biarkan Julaibib masuk di antara kalian! Demi Allah jika dia berani begitu, aku akan melakukan hal yang mengerikan kepadanya!”


Demikianlah Julaibib.


Namun jika Allah berkehendak menurunkan rahmat-Nya, tak satu pun makhluk bisa menghalangi. Julaibib menerima hidayah, dan dia selalu berada di shaff terdepan dalam shalat dan jihad. Meski hampir semua orang tetap memperlakukannya seolah ia tiada, tidak begitu dengan Rasul mulia, sang rahmat bagi semesta alam. Julaibib yang tinggal di shuffah Masjid Nabawi, suatu hari ditegur oleh Nabi, “Julaibib”begitu lembut beliau memanggil, “Tidakkah engkau menikah?”


Julaibib menjawab dengan tetap tersenyum, “Siapakah orangnya ya Rasulallah, yang menikahkan putrinya dengan diriku ini?” karena ia menyadari dirinya; miskin papa dan tidak berkeluarga, berfisik cacat pula. Seolah, tiada seorang pun yang memperhatikannya, ada dan tiadanya adalah sama. Namun, ia tidak menyesali diri dan menyalahkan takdir ilahi, pada muka maupun kata-katanya. Rasululloh juga tersenyum. Mungkin memang tidak ada orang tua yang berkenan pada Julaibib. Tapi pada hari berikutnya, ketika bertemu dengan Julaibib, beliau menanyakan hal yang sama, “Julaibib, tidakkah engkau menikah?” Dan Julaibib menjawab dengan jawaban yang sama pula. Begitu, begitu, begitu. Tiga kali. Tiga hari berturut-turut.


Dan di hari ketiga itulah, Nabi menggamit lengan Julaibin dan membawanya ke salah satu rumah seorang pemimpin Anshar sebagaimana tersebut dalam riwayat Abu Barzah al Aslami. “Aku ingin” kata Rasululloh kepada si empunya rumah, “melamar puteri kalian.”


“Betapa indahnya dan betapa barakahnya.” Begitu si wali menjawab berseri-seri, mengira bahwa sang Nabi lah calon menantunya. “Ya Rasulallah, sungguh akan menjadi cahaya yang menyingkirkan temaram dari rumah kami.”


“Tapi aku melamar bukan untukku sendiri.”kata Rasululloh, “Kupinang putri kalian untu Julaibib?”


“Apa? Julaibib?”, nyaris ayah sang gadis terpekik. Berkelebat bayangan Julaibib dengan detailnya, dan ia terkaget.


“Ya. Untuk Julaibib.”


“Ya Rasulallah.” Terdengar helaan nafas berat, “Saya harus meminta pertimbangan istri saya tentang hal ini.”


“Dengan Julaibib?” seru istrinya dari dalam rumah, “Bagaimana bisa? Julabib yang berwajah lecak, tak bernasab, tak berkabilah, tak berpangkat dan tak berharta?” Tak puas, ia melanjutkan kata-kata yang menjadi bukti betapa ia berat hati melepas putrinya untuk dinikahkan dengan Julaibib, “Demi Allah tidak. Tidak akan pernah puteri kita menikah dengan Julaibib.”


Perdebatan itu tidak berlangsung lama karena sang puteri dari balik tirai berkata anggun, “Siapakah yang meminta wahai ayah dan ibu?”


Keduanya pun menjelaskan.


“Apakah kalian hendak menolak permintaan Rasululloh? Demi Allah, kirim aku kepadanya. Dan demi Allah, karena Rasululloh lah yang meminta, maka tiada akan dia membawa kehancuran dan kerugian bagiku.” Sang gadis shalihah itu lalu membaca firman Allah,


“Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh ia telah tersesat dalam kesesatan yang nyata.” (al Ahzab : 36).


Beliau pun menikahkannya dengan Julaibib.


Ishaq bin Abdillah bin Abi Thalhah berkata kepada Tsabit, “Tahukah kamu, apa doa Rasululloh untuk wanita itu?”


Ia berkata, “Apa gerangan doa Nabi untuknya?”


Beliau mengucapkan doa, “Ya Allah, limpahkan kebaikan atasnya, dalam kelimpahan yang penuh barakah. Jangalah kau biarkan hidupnya payah dan bermasalah.”


Benarlah doa Nabi Muhammad. Namun, kebersamaan keduanya ditakdirkan terlalu lama. Meski di dunia sang istri shalihah dan bertakwa, tapi bidadari telah terlampau lama merindukannya. Julaibib lebih dihajatkan langit meski tercibir di bumi. Ia lebih pantas menghuni jannah daripada dunia yang bersikap tidak terlalu bersahabat kepadanya.


Saat ia syahid, Nabi begitu kehilangan. Kehilangan. Sangat kehilangan. Tapi ia akan mengajarkan sesuatu kepada para shahabatnya. Maka ia bertanya-tanya di akhir pertempuran, “Apakah kalian kehilangan seseorang?”
Para shahabat menjawab, “Fulan, fulan dan fulan.”


Beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?”


Shahabat kembali menjawab, “Ya. Fulan, fulan dan fulan.”


Lagi-lagi beliau bertanya, “Apakah kalian kehilangan seseorang?”


Dan selalunya shahabat menjawab, “Ya. Fulan, fulan dan fulan.”


Kemudian Nabi Muhammad bersabda dengan menghela nafasnya, “Tetapi aku kehilangan Julaibib. Carilah dia!”


Akhirnya, mereka berhasil menemukannya, Julaibib yang mulia. Terbunuh dengan luka-luka, semua dari arah muka. Di seputaran menjelejah tujuh jasad musuh yang telah ia bunuh terlebih dahulu. Beliau bersabda, “Ia telah membunuh tujuh orang sebelum akhirnya mereka membunuhnya.” Nabi Muhammad, dengan tangannya sendiri mengafaninya. Beliau menshalatkannya secara pribadi. Dan kalimat beliau untuk Julaibib yang akan membuat iri semua makhluk hingga hari berbangkit adalah, “Ya Allah, dia adalah bagian dari diriku dan aku adalah bagian dari dirinya.”


Alangkah indahnya. Tidak dikenal manusia tapi dikenal Rabbnya manusia.


Reference : Jalan cinta para pejuang oleh Salim A. Fillah dan Bertaqwa tapi tak dikenal oleh Sa’id Abdul ‘Azhim.

Sumber :www.oaseimani.com
Read more

Kisah Sabar Yang Paling Mengagumkan

Prof. Dr. Khalid al-Jubair penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh mengisahkan sebuah kisah pada sebuah seminar dengan tajuk Asbab Mansiah (Sebab-Sebab Yang Terlupakan). Mari sejenak kita merenung bersama, karena dalam kisah tersebut ada nasihat dan pelajaran yang sangat berharga bagi kita.

Sang dokter berkata:
Pada suatu hari -hari Selasa- aku melakukan operasi pada seorang anak berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu, anak tersebut berada di ruang ICU dalam keadaan segar dan sehat.


Pada hari Kamis pukul 11:15 -aku tidak melupakan waktu ini karena pentingnya kejadian tersebut- tiba-tiba salah seorang perawat mengabariku bahwa jantung dan pernafasan anak tersebut berhenti bekerja. Maka akupun pergi dengan cepat kepada anak tersebut, kemudian aku lakukan proses kejut jantung yang berlangsung selama 45 menit. Selama itu jantungnya tidak berfungsi, namun setelah itu Allah Subhanaahu wa Ta`ala menentukan agar jantungnya kembali berfungsi. Kamipun memuji Allah Subhanaahu wa Ta`ala .
Kemudian aku pergi untuk mengabarkan keadaannya kepada keluarganya, sebagaimana anda ketahui betapa sulit mengabarkan keadaan kepada keluarganya jika ternyata keadaannya buruk. Ini adalah hal tersulit yang harus dihadapi oleh seorang dokter. Akan tetapi ini adalah sebuah keharusan. Akupun bertanya tentang ayah si anak, tapi aku tidak mendapatinya. Aku hanya mendapati ibunya, lalu aku katakan kepadanya: "Penyebab berhentinya jantung putramu dari fungsinya adalah akibat pendarahan yang ada pada pangkal tenggorokan dan kami tidak mengetahui penyebabnya. Aku kira otaknya telah mati."


Coba tebak, kira-kira apa jawaban ibu tersebut?
Apakah dia berteriak? Apakah dia histeris? Apakah dia berkata: "Engkaulah penyebabnya!"
Dia tidak berbicara apapun dari semua itu bahkan dia berkata: "Alhamdulillah." Kemudian dia meninggalkanku dan pergi.


Sepuluh hari berlalu, mulailah sang anak bergerak-gerak. Kamipun memuji Allah Subhanaahu wa Ta`ala serta menyampaikan kabar gembira sebuah kebaikan yaitu bahwa keadaan otaknya telah berfungsi.


Pada hari ke-12, jantungnya kembali berhenti bekerja disebabkan oleh pendarahan tersebut. Kami pun melakukan proses kejut jantung selama 45 menit, dan jantungnya tidak bergerak. Maka akupun mengatakan kepada ibunya: "Kali ini menurutku tidak ada harapan lagi." Maka dia berkata: "Alhamdulillah, ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia wahai Rabbi."


Maka dengan memuji Allah, jantungnya kembali berfungsi, akan tetapi setelah itu jantung kembali berhenti sampai 6 kali hingga dengan ketentuan Allah Subhanaahu wa Ta`ala spesialis THT berhasil menghentikan pendarahan tersebut, dan jantungnya kembali berfungsi.


Berlalulah sekarang 3,5 bulan, dan anak tersebut dalam keadaan koma, tidak bergerak. Kemudian setiap kali dia mulai bergerak dia terkena semacam pembengkakan bernanah aneh yang besar di kepalanya, yang aku belum pernah melihat semisalnya. Maka kami katakan kepada sang ibu bahwa putra anda akan meninggal. Jika dia bisa selamat dari kegagalan jantung yang berulang-ulang, maka dia tidak akan bisa selamat dengan adanya semacam pembengkakan di kepalanya. Maka sang ibu berkata: "Alhamdilillah." Kemudian meninggalkanku dan pergi. Setelah itu, kami melakukan usaha untuk merubah keadaan segera dengan melakukan operasi otak dan urat syaraf serta berusaha untuk menyembuhkan sang anak. Tiga minggu kemudian, dengan karunia Allah Subhanaahu wa Ta`ala , dia tersembuhkan dari pembengkakan tersebut, akan tetapi dia belum bergerak.


Dua minggu kemudian, darahnya terkena racun aneh yang menjadikan suhunya 41,2oC. maka kukatakan kepada sang ibu: "Sesungguhnya otak putra ibu berada dalam bahaya besar, saya kira tidak ada harapan sembuh." Maka dia berkata dengan penuh kesabaran dan keyakinan: "Alhamdulillah, ya Allah, jika pada kesembuhannya terdapat kebaikan, maka sembuhkanlah dia."


Setelah aku kabarkan kepada ibu anak tersebut tentang keadaan putranya yang terbaring di atas ranjang nomor 5, aku pergi ke pasien lain yang terbaring di ranjang nomor 6 untuk menganalisanya. Tiba-tiba ibu pasien nomor 6 tersebut menagis histeris seraya berkata: "Wahai dokter, kemari, wahai dokter suhu badannya 37,6o, dia akan mati, dia akan mati." Maka kukatakan kepadanya dengan penuh heran: "Lihatlah ibu anak yang terbaring di ranjang no 5, suhu badannya 41o lebih sementara dia bersabar dan memuji Allah." Maka berkatalah ibu pasien no. 6 tentang ibu tersebut: "Wanita itu tidak waras dan tidak sadar."


Maka aku mengingat sebuah hadits Rasulullah Sholallohu `alaihi wa sallam yang indah lagi agung:
(طُوْبَى لِلْغُرَبَاِء) "Beruntunglah orang-orang yang asing." Sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, akan tetapi keduanya menggoncangkan ummat. Selama 23 tahun bekerja di rumah sakit aku belum pernah melihat dalam hidupku orang sabar seperti ibu ini kecuali dua orang saja.


Selang beberapa waktu setelah itu ia mengalami gagal ginjal, maka kami katakan kepada sang ibu: "Tidak ada harapan kali ini, dia tidak akan selamat." Maka dia menjawab dengan sabar dan bertawakkal kepada Allah: "Alhamdulillah." Seraya meninggalkanku seperti biasa dan pergi.


Sekarang kami memasuki minggu terakhir dari bulan keempat, dan anak tersebut telah tersembuhkan dari keracunan. Kemudian saat memasuki pada bulan kelima, dia terserang penyakit aneh yang aku belum pernah melihatnya selama hidupku, radang ganas pada selaput pembungkus jantung di sekitar dada yang mencakup tulang-tulang dada dan seluruh daerah di sekitarnya. Dimana keadaan ini memaksaku untuk membuka dadanya dan terpaksa menjadikan jantungnya dalam keadaan terbuka. Sekiranya kami mengganti alat bantu, anda akan melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda..


Saat kondisi anak tersebut sampai pada tingkatan ini aku berkata kepada sang ibu: "Sudah, yang ini tidak mungkin disembuhkan lagi, aku tidak berharap. Keadaannya semakin gawat." Diapun berkata: "Alhamdulillah." Sebagaimana kebiasaannya, tanpa berkata apapun selainnya.


Kemudian berlalulah 6,5 bulan, anak tersebut keluar dari ruang operasi dalam keadaan tidak berbicara, melihat, mendengar, bergerak dan tertawa. Sementara dadanya dalam keadaan terbuka yang memungkinkan bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda, dan ibunyalah yang membantu mengganti alat-alat bantu di jantung putranya dengan penuh sabar dan berharap pahala.


Apakah anda tahu apa yang terjadi setelah itu?
Sebelum kukabarkan kepada anda, apakah yang anda kira dari keselamatan anak tersebut yang telah melalui segala macam ujian berat, hal gawat, rasa sakit dan beberapa penyakit yang aneh dan kompleks? Menurut anda kira-kira apa yang akan dilakukan oleh sang ibu yang sabar terhadap sang putra di hadapannya yang berada di ambang kubur itu? Kondisi yang dia tidak punya kuasa apa-apa kecuali hanya berdo'a, dan merendahkan diri kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala ?


Tahukah anda apa yang terjadi terhadap anak yang mungkin bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda 2,5 bulan kemudian?
Anak tersebut telah sembuh sempurna dengan rahmat Allah Subhanaahu wa Ta`ala sebagai balasan bagi sang ibu yang shalihah tersebut. Sekarang anak tersebut telah berlari dan dapat menyalip ibunya dengan kedua kakinya, seakan-akan tidak ada sesuatupun yang pernah menimpanya. Dia telah kembali seperti sedia kala, dalam keadaan sembuh dan sehat.


Kisah ini tidaklah berhenti sampai di sini, apa yang membuatku menangis bukanlah ini, yang membuatku menangis adalah apa yang terjadi kemudian:
Satu setengah tahun setelah anak tersebut keluar dari rumah sakit, salah seorang kawan di bagian operasi mengabarkan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki berserta istri bersama dua orang anak ingin melihat anda. Maka kukatakan kepadanya: "Siapakah mereka?" Dia menjawab, "tidak mengenal mereka."


Akupun pergi untuk melihat mereka, ternyata mereka adalah ayah dan ibu dari anak yang dulu kami operasi. Umurnya sekarang 5 tahun seperti bunga dalam keadaan sehat, seakan-akan tidak pernah terkena apapun, dan juga bersama mereka seorang bayi berumur 4 bulan.


Aku menyambut mereka, dan bertanya kepada sang ayah dengan canda tentang bayi baru yang digendong oleh ibunya, apakah dia anak yang ke-13 atau 14? Diapun melihat kepadaku dengan senyuman aneh, kemudian dia berkata: "Ini adalah anak yang kedua, sedang anak pertama adalah anak yang dulu anda operasi, dia adalah anak pertama yang datang kepada kami setelah 17 tahun mandul. Setelah kami diberi rizki dengannya, dia tertimpa penyakit seperti yang telah anda ketahui sendiri."


Aku tidak mampu menguasai jiwaku, kedua mataku penuh dengan air mata. Tanpa sadar aku menyeret laki-laki tersebut dengan tangannya kemudian aku masukkan ke dalam ruanganku dan bertanya tentang istrinya. Kukatakan kepadanya: "Siapakah istrimu yang mampu bersabar dengan penuh kesabaran atas putranya yang baru datang setelah 17 tahun mandul? Haruslah hatinya bukan hati yang gersang, bahkan hati yang subur dengan keimanan terhadap Allah Subhanaahu wa Ta`ala ."


Tahukah anda apa yang dia katakan?
Diamlah bersamaku wahai saudara-saudariku, terutama kepada anda wahai saudari-saudari yang mulia, cukuplah anda bisa berbangga pada zaman ini ada seorang wanita muslimah yang seperti dia.


Sang suami berkata: "Aku menikahi wanita tersebut 19 tahun yang lalu, sejak masa itu dia tidak pernah meninggalkan shalat malam kecuali dengan udzur syar'i. Aku tidak pernah menyaksikannya berghibah (menggunjing), namimah (adu domba), tidak juga dusta. Jika aku keluar dari rumah atau aku pulang ke rumah, dia membukakan pintu untukku, mendo'akanku, menyambutku, serta melakukan tugas-tugasnya dengan segenap kecintaan, tanggung jawab, akhlak dan kasih sayang."


Sang suami menyempurnakan ceritanya dengan berkata: "Wahai dokter, dengan segenap akhlak dan kasih sayang yang dia berikan kepadaku, aku tidak mampu untuk membuka satu mataku terhadapnya karena malu." Maka kukatakan kepadanya: "Wanita seperti dia berhak mendapatkan perlakuan darimu seperti itu." Kisah selesai.


Kukatakan:
Saudara-saudariku, kadang anda terheran-heran dengan kisah tersebut, yaitu terheran-heran terhadap kesabaran wanita tersebut, akan tetapi ketahuilah bahwa beriman kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala dengan segenap keimanan dan tawakkal kepada-Nya dengan sepenuhnya, serta beramal shalih adalah perkara yang mengokohkan seorang muslim saat dalam kesusahan, dan ujian. Kesabaran yang demikian adalah sebuah taufik dan rahmat dari Allah Subhanaahu wa Ta`ala .


Allah Subhanaahu wa Ta`ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥)الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦)أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (١٥٧)
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 155-157)


Nabi Sholallohu `alaihi wa sallam bersabda:
مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَحُزْنٍ وَلاَ أَذىً وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا خَطاَيَاهُ
"Tidaklah menimpa seorang muslim dari keletihan, sakit, kecemasan, kesedihan tidak juga gangguan dan kesusahan, hingga duri yang menusuknya, kecuali dengannya Allah Subhanaahu wa Ta`ala akan menghapus kesalahan-kesalahannya." (HR. al-Bukhari (5/2137))


Maka, wahai saudara-saudariku, mintalah pertolongan kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala , minta dan berdo'alah hanya kepada Allah Subhanaahu wa Ta`ala terhadap berbagai kebutuhan anda sekalian.


Bersandarlah kepada-Nya dalam keadaan senang dan susah. Sesungguhnya Dia Subhanaahu wa Ta`ala adalah sebaik-baik pelindung dan penolong.


Mudah-mudahan Allah Subhanaahu wa Ta`ala membalas anda sekalian dengan kebaikan, serta janganlah melupakan kami dari do'a-do'a kalian.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ (١٢٦)
"Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)." (QS. Al-A'raf: 126) (AR)*


Sumber : http://idzaatulkhoirfm.blogspot.com
Read more

ISTRIKU TAK KUNJUNG HAMIL

Oleh: Ust. Abu Ammar al-Ghoyami
Problem kehidupan suami istri begitu beragam. Banyak sekali penyebab serta pemicunya. Adakalanya sebab tidak adanya rasa cinta, tidak harmonisnya langkah mereka berdua, akhlak yang buruk, ekonomi keluarga, orang tua dan mertua, anak-anak dan lain sebagainya. Sebab yang terakhir ini pun beragam. Ada suami istri yang mendapati problem rumah tangga berupa anak-anak durhaka yang sulit diatur, ada juga yang menderita sebab anak yang sangat mereka cinta meninggal dunia mendahului mereka, adakalanya suami istri atau salah satu di antara mereka begitu menderita sebab Alloh belum juga memberikan anak kepada mereka. Apapun problem yang dihadapi, yang terpenting ialah bagaimana suami istri memecahkannya dengan cara yang baik dan diridhoi Ilahi Robbi azza wajalla.



Terkadang ia begitu menderita


Masalah belum mendapati keturunan merupakan problem yang banyak menimpa suami istri. Bahkan tidak sedikit suami istri yang terpuruk dalam penderitaan sebab si istri belum juga hamil. Layak bila dikatakan bahwa masalah ini begitu menderitakan.


Bila suami menderita sebab belum mendapat karunia seorang anak, bisa jadi si istri justru lebih menderita lagi. Menilik bahwa sifat hamil dimiliki oleh si istri, maka wajar bila ia lebih menanggung derita ketimbang suaminya. Istri merasa lebih tertekan batinnya saat ia mendapati para wanita sebayanya atau bahkan yang lebih muda darinya sudah mendapati si kecil yang berceloteh digendongnya. Belum lagi pandangan tetangga sekitar, teman dan yang lainnya yang memandang sebelah mata terhadap dirinya sebagai sosok wanita mandul yang tak bisa memberi keturunan. Meski kenyataannya tetap ada juga yang memandangnya dengan penuh keibaan lantaran mereka belum juga dikaruniai keturunan. Ditambah lagi, kerap kali ia mendapati wajah suami menyimpan keinginan yang begitu mendalam untuk segera menggendong anak yang dilahirkan olehnya. Lengkap sudah penderitaan istri manakala suami terlihat begitu kecewa dan seakan–akan ia mengatakan, “…akan tetapi kamu tidak juga bisa melahirkan anakku.”


Semuanya Terjadi dengan Takdir Alloh subhanahu wata’ala.


Kenyataannya, memang suami istri itu berbeda-beda.Adayang baru menikah beberapa pekan saja si istri sudah hamil.Adayang setelah sebulan atau beberapa bulan yang belum lama si istri sudah hamil.Adayang sampai berbulan-bulan si istri baru hamil. Bahkan ada yang sampai menunggu bertahun-tahun baru hamil. Pendeknya, masalah hamil dan tidaknya istri bukan kuasa pasutri itu sendiri, sebab hal itu merupakan takdir Alloh azza wajalla. Jadi, suami istri harus menyadari bahwa hamil atau tidak hamilnya si istri itu merupakan takdir Alloh subhanahu wata’ala. Alloh menguji sebagian manusia dengan kemandulan, dan menguji sebagian yang lainnya dengan anak-anak perempuan yang banyak serta menguji sebagian yang lainnya lagi dengan anak-anak laki-laki yang banyak. Alloh azza wajalla juga menguji sebagian manusia yang lainya dengan anak laki-laki sekaligus anak perempuan yang banyak. Alloh azza wajalla berfirman:


Kepunyaan Alloh-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (QS. asy-Syuro [42]: 49-50)


Penderitaan yang wajar


Kenyataan lainnya, meski pasutri telah memahami takdir tersebut, namun sudah menjadi fitrah manusia menyukai harta dan anak-anak, sehingga wajar bila pasutri benar-benar mengharap kehadiran seorang anak. Sebab selain merupakan tuntutan fitrah, anak juga merupakan karunia Alloh yang diberikan kepada pasutri dari balik hikmah sebuah pernikahan. Alloh azza wajalla berfirman:


Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu,… (QS. an-Nahl [16]: 72)


Jadi, sebuah hal yang wajar bila pasutri menderita sebab belum juga dikaruniai anak. Justru tidak wajar bila pasutri berputus asa dari karunia Alloh yang Mahaluas sehingga tidak lagi memiliki harapan akan mendapatkan anak. Sungguh hal ini di luar fitrah dan lepas dari hikmah pernikahan.


Tawaran Solusi


Dari uraian di atas, kiranya tidak ada yang memungkiri bahwa tidak hadirnya anak di dalam sebuah rumah tangga memang sebuah masalah yang perlu dipecahkan dengan sebaik-baiknya. Beberapa gagasan berikut mungkin bisa menjadi solusi yang baik:


1. Banyak bersabar dan berdo’a


Bila keadaan seperti ini yang menimpa Anda berdua, maka sebagai istri harus banyak bersabar dan berdo’a serta banyak-banyak berharap pahala dari Alloh atas apa yang menimpanya. Semua ini hanyalah cobaan semata. Kuatkan do’a dan berharap hanya kepada Alloh agar diberi karunia anak.


Perhatikan bagaimana Nabi Zakariya alaihis salam berdo’a. Dengan ketulusan dan ketundukan, beliau panjatkan do’a, sehingga Alloh pun memperbaiki organ reproduksi istri beliau menjadi bisa mengandung dan melahirkan seorang anak, ialah Nabi Yahya alaihis salam.[1]


2. Sabarkanlah Suami


Seorang istri yang memang belum bisa memberi keturunan buat suaminya hendaknya berusaha dengan maksimal agar suaminya pun bisa bersabar. Dengan sifat kasih sayangnya, istri harus bisa memberikan pengertian kepada suaminya dan menjadikannya memahami hikmah yang baik di balik belum datangnya anak. Bisa jadi belum punya anak ini memang yang paling baik buat Anda berdua mengingat kesiapan untuk mendidik anak-anak menjadi sholih dan sholihah yang masih belum memadai. Sementara punya anak namun tidak sholih lagi durhaka tentu lebih menyengsarakan dan bisa menjadi penghalang pasutri untuk bisa senantiasa taat dan mendekat kepada Alloh azza wajalla.


Mungkin juga belum punya anak akan lebih baik daripada memiliki anak namun setelah terlanjur dicintai lalu Alloh menguji dengan mendahulukan ajal anak tersebut daripada orang tuanya sehingga orang tua tidak kuasa menerima cobaan ini.


3. Pupuk Ketakwaan Suami


Adapun bagi suami, hendaknya meningkatkan ketakwaannya kepada Alloh azza wajalla dengan menerima takdir memiliki istri yang belum juga bisa memberikan keturunan yang memang di luar kuasa mereka berdua. Jangan monoton melihat kekurangan istrinya ini, namun lihatlah kelebihan lain yang banyak pada dirinya sehingga ia akan dengan ringan menunaikan hak-haknya dan tidak menzholiminya.


4. Poligami Bisa Jadi Pilihan


Apabila suami berkeinginan kuat untuk menikahi wanita lain yang subur maka istri harus bersikap bijak. Istri jangan melihat dengan sebelah mata, jangan mengukur kecintaan suami hanya terbatas pada keturunan semata, namun berilah solusi yang baik buatnya, bahkan buat Anda berdua. Senantiasa ingatkan bahwa dia berkewajiban berbuat adil terhadap semua istrinya. Suami juga tidak boleh menzholimi istri pertamanya, ia harus tetap mencintainya dan menunaikan hak-haknya.


Seperti halnya seorang adik bila menikah mendahului kakaknya bisa menjadi sebab kakak akan segera menikah, maka bila istri kedua telah bisa memberikan anak, berdo’alah semoga istri pertama pun bisa segera menyusul akan memberikan keturunan juga. Wabillahittaufiq
Read more

Berbahagialah Engkau Wahai Ukhti Muslimah (Mengintip ‘Mawar-Mawar’ Padang Pasir)

Duhai saudariku, kupersembahkan senandung gerakan ujung penaku ini untukmu yang ingin merasakan indah dan paripurnanya risalah langit dari Allah ‘azza wajalla agar bertambah dan semakin kokoh hasratmu dalam menikmati posisimu sebagai kaum hawa..

Segala puji bagi Allah ‘azza wajalla yang telah menyempurnakan langit tanpa tiang dan menjadikan taburan bintang sebagai pelengkap indah dan pesonanya.
Semoga shalawat dan salam tetap tercurah teruntuk sosok yang begitu mulia dan dicinta penduduk bumi dan langit, dialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam..

[[ Makhluk Mulia nan Penuh Misteri....]]


Hal pertama yang kukabarkan padamu bahwa engkau adalah sosok yang dimuliakan oleh Allah dan Rasul-Nya. Namun kukatakan pula bahwa engkau adalah makhluk nan penuh misteri. Lihatlah disana literatur-literatur bertumpuk membahas tentangmu sebagai makhluk yang berbeda dengan kaum kami. Engkaulah topik yang menjadi inspirasi sekaligus menjadi kuncup-kuncup nan mempesona dalam menggerakkan pena dan tinta para penulis. Sekiranya seluruh pendapat dan pandangan yang tertuju padamu dihimpun menjadi satu maka tidak akan pernah tertampung dalam buku tebal nan berjilid-jilid. Dan tentu saja wahai belahan jiwa kaum kami, pembicaraan tentangmu tidak akan pernah gersang atau pun usang seiring musim silih berganti..


[[ Pecahan-pecahan Emosional yang Menenteramkan....]]


Duhai saudariku yang mulia..
Ketika aku berbicara tentang kaummu maka aku sedang menyelami sisi emosional yang umumnya dijadikan pijakan dalam berpikir oleh kaummu sendiri, bukan dengan nalar. Kukatakan demikian karena Allah telah menganugerahkanmu sisi emosional yang lebih dominan daripada nalar. Sisi emosional ini pun bereaksi lebih cepat dari nalar. Porsi emosional yang ada pada kaummu pula lebih besar dibanding yang ada pada kaum kami laki-laki. Adakah Allah ‘azza wajalla menzalimi kita dengan perbedaan porsi tersebut??


Aku harap engkau mampu menemukan jawabannya dengan menyusuri untaian kalimatku sehingga bertambah kecintaanmu pada Allah. Bertambah kekuatanmu dalam manghadapi ganasnya badai di samudera kehidupan dan bertambah pula kekokohan pribadimu bak karang yang tak goyah dihempas ombak..


[[ Curahan Kasih Sayang yang Mengharukan...]]


Penaku selanjutnya akan mengajakmu berkunjung ke negeri Mesir di zaman Fir’aun. Dialah seorang raja yang memerintahkan pengawalnya untuk membunuh seluruh bayi laki-laki yang lahir saat itu. Maka ibunda Musa khawatir akan putranya yaitu nabi Musa kecil nan mungil. Lalu, Najiyah, ibunda musa menuliskan kalimat-kalimat pada setiap pojok peti berbentuk kubus yang didalamnya berisi musa kecil. Peti itu akan dihanyutkan di sungai guna menyelamatkan anaknya.


Di sisi pertama ia menulis: “duhai Rabb, kuletakkan sambungan jiwaku dalam peti ini, seperti yang Kau perintahkan.”
Di sisi kedua ia menulis: ”ya Rabb, kuhanyutkan buah hatiku ke sungai, seperti yang Kau perintahkan.”
Di sisi ketiga ia menulis: ”ya Rabb, arus sungai akan membawa jantung hatiku ke tepian, seperti yang Kau perintahkan.”
Pada sisi keempat ia menulis: ”ya Rabb, kembalikanlah dia kepadaku, seperti yang Kau perintahkan.”
Selanjutnya pada sisi penutup peti, ia menulis: ”ya Rabb, jadikanlah ia rasul-Mu, seperi yang Engkau janjikan.” Lalu berlinaglah air mata cinta. Berdukalah hati yang tengah tersayat. Duh penaku tak sanggup lagi berkisah.


Saudariku,
Lihatlah Najiyah, ibunda Musa, dengan perasaan keibuannya yang begitu tinggi, ia rela menghanyutkan sang putra di sungai agar selamat dari kekejaman Fir’aun. Tentulah gesekan-gesekan gelombang cinta dalam jiwanya sedang berkecamuk untuk menolak tindakannya itu. Namun apalah daya. Akankah naluri keibuannya tega melihat leher putranya mengalirkan darah??? Tidak, tidak, tidak.. Musa kecil harus seger diselamatkan.


Itulah salah satu luapan sisi emosional kaummu yang Allah anugerahkan dengan porsi yang dominan daripada kaum kami.


[[ Percikan Bahagia Penuh Cinta...]]


Dengan anugerah sisi emosional yang dominan, engkau akan mampu bersikap penuh perasaan dan kasih sayang terhadap suamimu. Engkau mampu mengusap air mata kami yang berlinang karena sedih lalu menggantikannya dengan senyum dan tawa bahagia, menghilangkan duka dan lara,. Engkau mampu memberikan sentuhan lembut kala raga begitu lelah berterik mentari di arena kehidupan, lalu menggantikan dengan sejuk jiwamu. Engkau akan cantik dan bak permata akan menyenangkan mata suamimu terkasih dan tentu saja menjadi perhiasan terindah yang menjadi dambaan lelaki, lalu surgapun engkau dapatkan.


Engkau pula (dengan sisi emosionalmu) akan mendidik makhluk Allah yang mungil baik dari kaummu sendiri maupun dari kaum kami. Engkau akan mendidik mereka menjadi kesatria-kesatria tangguh dan berilmu syar’i. Mereka akan berteriak dari masa depan yang cerah dengan berkata :


“ibuuuuuu, aku telah menghafal al-qur’an,”


“Buuuundaaaa, anakmu ini udah menghafal hadist-hadist nabi-Nya,”


“aku sudah fasih berbicara bahasa arab, mamaaaa.”


“Umiiiii, aku ingin tinggal di surga..”


Subhanallah kawan, engkau begitu agung. Namun ma’afkan aku, tarian penaku harus terhenti disini karena hitam bola mataku mulai berkaca.


Sekian kawan,


Dari hamba Allah yang fakir,


Fachrian Almer Akira
(Yani Fachriansyah Muhammad A-samawiy)


Mataram_. 29 Rabiul Tsani 1431 H (14 April 2010 M) sekitar 45 menit sebelum ashar…


**********


Sumber tulisan (edisi terjemahan) :


1. Nisa’ fi Hayati al-Anbiya oleh Ibrahim Mahmud Abdul Hadi
2. Fiqh al-Mar’ah al-Muslimah oleh syaikh Mutawwali as-Sya’rawi
3. Alwan min an-Nisa’ oleh Dr. Ramadhan Hafizh


http://www.facebook.com/note.php?note_id=432278464125&1&index=1
Read more

Yang Teristimewa Bagi Wanita~(Serial cambuk Hati)

“…Sekiranya mereka enggan nan sombong lagi angkuh maka sekali lagi kabarkanlah mereka bahwa adzab Allah amat pedih lagi dahsyat. ..”

***

Adakah alasan bagi wanita muslimah untuk tidak brjilbab?

Adakah alasan syar’i bagi mereka untuk memampang foto-foto mereka di dunia maya?

Tidakkah mereka sadar bahwa foto-foto mereka dikoleksi tangan-tangan jahil?

Banggakah mereka menanggung dosa mata-mata yang memandang?

Tidakkah mereka sadar bahwa syaitan bangga dan terbahak-bahak dengan apa yang mereka lakukan?

Maukah mereka mencium harum wewangian surga? Duh, Kasihan mereka yang mengatakan “mau”..

Rambut mereka terurai..

Leher. . .

Lengan tangan. .

Dada,.

mereka menampakkan keelokan wajah dan titik-titik pesona tubuhmu di hadapan laki-laki non mahram. mereka menampakkan betis, lengan, kepala dan rambut. mereka keluar rumah dengan dandanan memikat dan mengundang fitnah.mereka pampang foto-fotomu di dunia maya ini terlebih dengan senyuman menggoda.

mereka memoles Senyum dan wajah-wajah mengundang fitnah. .

Apa yang mereka inginkan??

“..wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, yang berjalan berlenggak-lenggok guna membuat manusia memandangnya, mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mendapati aromanya. Padahal aroma Surga bisa dicium dari jarak 500 tahun..”

[HR. Imam Malik dalam al-Muwaththa’, no. 1661.]

Sadarkah mereka bahwa lelaki-lelaki beriman tidak meridhai apa yang mereka lakoni?

Tak sadarkah mereka bahwa lelaki berhati serigala tengah mengaung bergembira dengan apa yang mereka pajang?

Untuk sholat maka diwajibkanlah wudhu terlebih dahulu.. apakah berhijab membutuhkan hati yang bersih terlebih dahulu? Justru hijab lah yang akan membersihkan hati pemiliknya maupun hati yang memandangnya. .

Tidakkah mereka sadar bahwa maut selalu mengintai??

Ingin dikatakan cantik?
Semua wanita itu cantik. Tak perlu diucapkan. Tapi baiklah akan kami katakan kepada mereka.

“engkau cantik, kawan”

Puas kah?

Gembira kah?

Riang kah?

Menyuburkan keimanan kah?

Menambah level ketakwaan kah?

Meningkatkan kapasitas keilmuan kah?

Sayangnya itu adalah ungkapan gombal yang basi nan memuakkan. Namun bisa membuat mereka terbang ke dunia hayal.

Wahai pena, . . .

titiplah salam kami teruntuk kaum wanita. Tak usah jemu kau kabarkan bahwa mereka adalah lambang kemuliaan. Sampaikanlah bahwa mereka adalah aurat. Berilah pengertian bahwa salah satu definisi aurat adalah bagian-bagian yang jika tersingkap atau terbuka maka timbullah gejolak rasa malu bagi pemiliknya. Artinya ketika mereka menampakkan aurat di dunia nyata maupun maya maka mereka telah mencabik rasa malu yang ada di hati. Hancurlah sudah bangunan kemuliaan itu.

Berilah kabar gembira kepada kaum hawa bahwa surga itu lebih luas daripada langit dan bumi. Mereka harus berlomba-lomba dalam kebaikan. Sebagaimana mereka, kami pun merasakan ujian kehidupan. Karena itu, ajaklah mereka untuk menetapi kesabaran. tentu sabar di dunia lebih ringan daripada sabar dalam menahan siksaan di neraka.

Bisikkan pula, selain Maha Pengampun, Allah jua Maha dahsyat siksaannya. Di dalam neraka, Allah memiliki pengawal-pengawal baik dari golongan malaikat maupun ular yang siap menyiksa hebat kaum-kaum yang ingkar.

Sampaikan untaian nasehat kami agar mereka mempelajari tauhid yang benar, aqidah yang shahih, belajar tentang halal dan haram dan mengetahui kewajiban-kewajiban mereka sebagai wanita mulia dalam islam. .

Sekiranya hati mereka luluh akan nasehat kami maka itulah kebaikan bagi mereka. Kami berdo’a semoga mereka dimudahkan dalam memahami dan menjalankan syariat islam yang indah dan paripurna ini. Tidaklah kami mengharap balasan atas apa yang kami atau pun mereka lakukan. Sekiranya mereka enggan nan sombong lagi angkuh maka sekali lagi kabarkanlah mereka bahwa adzab Allah amat pedih lagi dahsyat. .

Wahai jemari dan lisan kami..

Jadilah engkau saksi kelak di hadapan Allah bahwa kami telah menasehati wanita-wanita kami. . .

Wallahu a’lam.
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika. .

Mataram_di pagi nan sejuk, sesejuk hati, ilmu dan akhlak orang-orang beriman. ..
Read more

Renungan untuk Ikhwan-Akhwat Pengguna Facebook

Penyusun: Abu Muhammad Al-Ashri
Muraja’ah dan koreksi ulang: Ustadz Abu Ukasyah Aris Munandar

Akhi…

Bila kita sempatkan diri kita untuk membaca sejarah hidup para pendahulu kita yang shalih mulai dari masa shahabat hingga para ulama salafi, niscaya kita dapati akhlak, adab, dan ketegasan mereka yang menakjubkan. ‘Kan kita jumpai pula indahnya penjagaan diri mereka dari aib dan maksiat. Merekalah orang-orang yang paling bersegera menjauhi maksiat. Bahkan, sangat menjauh dari sarana dan sebab-sebab yang mendorong kepada perbuatan maksiat.



Bila kita membaca kehidupan anak-anak atau para remaja di masa salaf, niscaya kita dapati mereka adalah darah-darah muda yang tampak kecintaannya terhadap din, semangatnya dalam membela al-haq, dan sikap bencinya kepada perbuatan dosa. Maka, kita dapati mereka di usia muda, sudah memiliki hafalan Al-Qur’an, semangat yang besar untuk berjihad, dan kecerdasan yang menakjubkan.


Sebaliknya, sungguh sangat sedih hati ini. Tidakkah kita merasakan bahwa kaum muslimin saat ini terpuruk, terhina dan tidak berdaya di hadapan orang-orang kafir, padahal jumlah kita banyak? Lihatlah diri kita! Bandingkan diri kita dengan para pemuda di masa salaf! Akhi… saya, antum, kita semua pernah bermasiat. Namun, sampai kapan kita bermaksiat kepada-Nya?


.


Saya tidak mengharamkan antum berdakwah kepada wanita, karena Nabi pun berdakwah kepada wanita!


Saya pun tidak mengharamkan muslim atau muslimah memanfaatkan facebook, karena untuk mengharamkan sesuatu membutuhkan dalil.


Siapa yang melarangmu mendakwahi mereka akhi…?


Bahkan, dulu kumasih berprasangka baik padamu bahwa kau ‘kan dakwahi teman-teman lamamu, termasuk para wanita itu…


Namun, yang terjadi adalah sebagaimana yang kau tahu sendiri…


Tak perlu kutulis…


Karena kau pasti tahu sendiri…


.


Catat! Tak kubuka friendlist FB-mu karena aku tak mencari-cari aibmu…


Namun, tidakkah kau sadar bahwa FB itu sangat-sangat terbuka?


Hingga dirimu sendiri yang tak sadari…


Bahwa tingkah lakumu pada para akhwat itu,


Dapat dilihat kawan-kawanmu yang lain, termasuk diriku…


Yang inilah sebab yang mendorongku menorehkan pena dalam lembaran-lembaran ini…


Duh….


Betapa sering Allah menutupi aib seorang hamba…


Namun dirinyalah sendiri yang membongkar aibnya…


.
Ya Allah…


Kuadukan kesedihan hatiku ini hanya kepadaMu…


Hanya kepadaMulah kuserahkan hatiku…


Mudah-mudahan Kau mendengar doaku…


Dan Kau maafkan kesalahan kawan-kawanku itu…


Di samping ku terus berhadap agar Kau pun maafkan diriku…


.


Akhi…


Pernahkah kau baca firman Allah yang menyinggung “mata yang berkhianat”?


Baiklah, kita periksa kembali. Allah berfirman dalam surat Al-Mukmin: 19


???? ????? ??????


“Dia mengetahui (pandangan) mata yang berkhianat”


Nah, apakah yang dimaksud dengan mata yang berkhianat itu? Akhi, sesungguhnya Al-Qur’an itu turun di masa para shahabat. Shahabat Nabilah yang paling mengerti makna Al-Qur’an karena mereka hidup bersama Nabi, langsung mendapat bimbingan dan pengarahan Nabi. Maka, kini kan kubawakan tafsir Ibnu Abbas, sebagai hadiahku untukmu.


Akhi ingat kan siapa Ibnu Abbas? Na’am! Dia adalah ahli tafsir dari kalangan shahabat Nabi. Kudapatkan tafsir ini dari Abul Faraj Al-Jauzy (Ibnul Jauzy), dalam kitab beliau,?? ?????. Ibnu Abbas berkata
????? ???? ?? ????? ???? ??? ?????? ?????? ??? ??? ???? ???? ??? ??? ???? ???? ??? ????? ??? ??? ?? ?????? ???? ?? ???? ??? ???? ???? ?? ??? ?? ???? ??? ??? ??? ??? ??? ??????


“Seseorang berada di tengah banyak orang lalu seorang wanita melintasi mereka. Maka, ia memperlihatkan kepada kawan-kawannya bahwa MENAHAN PANDANGANNYA DARI WANITA TERSEBUT. Jika ia melihat mereka lengah, ia pandangi wanita tersebut. Dan jika ia khawatir kawan-kawannya memergokinya, ia menahan pandangannya. Padahal, Allah ‘azza wa jalla mengetahui isi hatinya bahwa ia ingin melihat aurat wanita tersebut .”


.


Camkan itu akhi…!


Kita sudah lama mengenal Islam…


Kita sudah lama ngaji…


Apakah seseorang yang sudah lama ngaji pantas seperti itu?


Inginkah akhi dikenal manusia sebagai pemuda yang shalih…


Yang senantisa menundukkan pandangan di alam nyata…


Namun kau berkhianat dengan matamu…


Kau tipu kawan-kawanmu yang berprasangka baik kepadamu…


Tidakkah ‘kau malu kepada Allah…


Yang melihatmu di kala tiada orang lain di sisimu selain laptopmu?


Yang dengannya kau bisa pandangi wanita sesuka hatimu…?


Yang dengannya kau bisa saling sapa dengannya mereka sepuasmu..?


Yang dengannya kau bisa berbincang-bincang dengannya sekehendakmu…?


.


Akhi…


Janganlah ‘kau marah padaku…


Marahlah pada Ibnu Abbas jika kau mau…


Karena dialah yang menjelaskan arti mata khianat kepadaku…


.


Akhi…


Jika kau malu bermaksiat di hadapan kawan-kawanmu, apalagi di hadapan para wanita itu…


Ketahuilah bahwa


??? ????? ??? ??? ?????? ???? ?????? ???? ??? ????? ???? ?? ?????


“Sedikitnya rasa malumu terhadap siapa yang berada di sebelah kanan dan sebelah kirimu, saat kamu melakukan dosa, itu lebih besar daripada dosa itu sendiri!”


Eits… sebentar akhi, jangan marah dulu. Itu di atas bukan ucapan saya, tetapi ucapan Ibnu Abbas! Silakan lihat di ?? ????? halaman 181.


.


Akhi…


Apakah engkau masih sempat-sempanya tertawa, melempar senyum pada akhwat itu, meski sebatas:


simbol ^__^


atau kata-kata: xii…xiii..xii..,


atau: hiks..hiks…hiks…,


atau: hiii..hi..hi..,


atau: ha..ha..ha…,


atau: so sweet ukhti…,


atau sejenisnya yang kau tulis di wall-wall atau ruang komentar Facebook para akhwat itu!


Maka, Ketahuilah bahwa
????? ???? ?? ???? ?? ???? ???? ?? ???? ?? ?????


“Tertawa saat kamu tidak tahu apa yang akan Allah perbuat terhadapmu, ITU LEBIH BESAR DARIPADA DOSA ITU SENDIRI!”


dan juga
????? ?????? ??? ???? ?? ???? ?? ?????


“Kegembiraanmu dengan dosa ketika kamu melakukannya, ITU LEBIH BESAR DARIPADA DOSA ITU SENDIRI”


Afwan akhi jika antum mulai emosi (semoga tidak). Jangan lihat saya karena dua kalimat di atas bukan ucapan saya, tetapi ucapan Ibnu Abbas pula, afwan.


.


Akhi…


Kalau antum masih bermudah-mudahan dalam berfacebook ria dengan para wanita itu,


Ketahuilah bahwa antum adalah pengecut!


Karena kalau kau berani, kau kan temui ayahnya dan kau pinang dirinya…


Kalaupun hartamu tidak mendorongmu untuk itu…


Kau tetap pengecut karena kau hanya “tunjukkan perhatian”…


Sementara kau tidak berani “maju melangkah”…


Jika kau mampu tahan pandanganmu dari “bunga-bunga” facebook itu, barulah kau ini seorang pemberani!


Sabar dulu akhi, jangan marah dulu. Siapa saya? Saya ini masih sama-sama belajar seperti antum, atau malah saya masih tergolong anak “baru ngaji”. Namun, mohon jikalau akhi menolak ucapan saya, perhatikanlah untaian kata yang dikutip Ibnul Jauzi di bawah ini..


??? ?????? ???? ???? ????? … ??? ?????? ???? ????? ?????


??? ??? ?? ???? ?? ??? ???? … ?? ?????? ???? ?????? ?????


Pemberani bukanlah orang yang melindungi tunggangannya


Pada saat peperangan, ketika api berkobar


Akan tetapi, pemuda yang menahan padangannya dari yang diharamkan…


Itulah prajurit yang ksatria!


Akhi…


Sekali lagi, kalau kau tersinggung dengan ucapanku. Mohon janganlah kau lihat siapa saya, kawanmu ini. Saya tidak ada apa-apanya. Namun, sekali lagi, kumohon lihatlah siapa orang yang perkataannya kuhadirkan padamu. Salaf memberi nasehat kepada kita dengan untaian katanya di bawah ini:


????? ?? ??? ?? ????? ?? ???? ???? ???? ?? ???? ???? ??? ???? ????? ?????? ???? ?? ?????? ???? ????? ?? ???? ??????? ??? ??? ?????? ??? ??? ?????? ?? ???? ???? ??? ???? ??? ????? ?????? ????? ?? ???? ??????


“Pahamilah wahai saudaraku apa yang aku pesankan kepadamu…


Penglihatanmu tidak lain adalah nikmat dari Allah atasmu…


Janganlah mendurhakai-Nya dengan menggunakan nikmat-Nya….


Perlakukanlah penglihatan tersebut dengan menahannya dari yang haram,


Maka kamu beruntung.


Jangan sampai engkau mendapat sangsi berupa hilangnya kenikmatan itu.


Waktu berjihad untuk menahan pandangan adalah sejenak.


Jika kau melakukannya, kau ‘kan dapatkan kebaikan yang banyak,


dan selamat dari keburukan yang panjang.”


Sumber : http://blogagamaislam.com
Read more

Ini Merupakan Amal Sholeh dan Amal Sholeh pun Akan Mengucapkannya

Ucapan ini adalah amalan sholeh dan kelak amal sholeh pun akan mengucapkannya…

Ucapan ini bagi yang mengucapkannya adalah ibadah. Karena ucapan ini adalah sebuah doa dan doa itu adalah ibadah.

Adapun bagi yang menerimanya, ucapan ini adalah sebuah kalimat yang sangat baik.

Membuat wajah ingin tersenyum dan membahagiakan hati…

Ucapan ini lebih manis daripada “Syukron”…

Dan lebih bermanfaat daripada “terima kasih”…
Dan sangat tepat diucapkan oleh seseorang yang ingin menyampaikan kepada temannya bahwa ia tidak mampu membalas kebaikannya.


Ucapan yang dimaksud adalah: “Jazakallohu khoiron” (semoga Alloh membalasmu dengan kebaikan) atau “Jazakillahu khoiron” jika yang diberi ucapan adalah wanita.


Ucapan ini adalah amalan sholih karena ucapan ini merupakan sunnah Nabi shollallohu alaihi wa sallam. Sebagaimana dalam hadits Usamah bin Zaid, ia berkata: Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :


مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَقَالَ لِفَاعِلِهِ: جَزَاكَ اللهُ خَيْرًا؛ فَقَدْ أَبْلَغَ فِي الثَّنَاء


“Barang siapa yang diberi suatu kebaikan kepadanya, lalu ia mengucapkan kepada orang yang memberi kebaikan tersebut: “Jazakallohu khoiron”, maka sesungguhnya hal itu sudah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya.”


[HR. at-Tirmidzi no. 1958, an-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubro 6/53, dll. Dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani rohimahullohu ta’ala dalam Shohih at-Targhib wat Tarhib (969).


Dalam Faidhul Qodir (172/6) dijelaskan: “telah mencukupi rasa syukurnya” maksudnya adalah hal tersebut karena pengakuan terhadap kekurangannya, dan ketidakmampuan dalam membalas kebaikannya, dan mempercayakan membalas kebaikannya pada Alloh agar ia mendapatkan balasan yang sempurna.


Berkata al-allamah al-Utsaimin rohimahulloh dalam Syarah Riyadhus Sholihin : “Hal itu dikarenakan jika Alloh membalas kebaikannya dengan kebaikan, hal itu merupakan kebahagian baginya di dunia dan akhirat.”


Cara Menjawabnya


Dan yang utama dalam menjawab kalimat yang bagus ini adalah dengan mengulang kalimat tersebut yakni membalasnya dengan mengatakan : “wa anta fajazakallohu khoiron” atau yang semisalnya. Walaupun membalasnya dengan ucapan “wa iyyakum” dan yang semisalnya adalah boleh-boleh saja, namun yang lebih afdhol adalah membalas dengan mengulang lafadz doa tersebut. Sebagaimana difatwakan oleh Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr hafidzohulloh:


السؤال: هل هناك دليل على أن الرد يكون بصيغة (وإياكم)؟


Pertanyaan: Apakah ada dalil bahwa membalasnya (ucapan jazakallohu khoiron) adalah dengan ucapan “wa iyyakum”?


فأجاب: لا , الذي ينبغي أن يقول :(وجزاكم الله خيرا) يعنى يدعى كما دعا, وإن قال (وإياكم) مثلا عطف على جزاكم ,يعني قول (وإياكم) يعني كما يحصل لنا يحصل لكم .لكن إذا قال: أنتم جزاكم الله خيرا ونص على الدعاء هذا لا شك أنها أوضح وأولى


(مفرغ من شريط دروس شرح سنن الترمذي ,كتاب البر والصلة ,رقم:222)


Beliau menjawab: “Tidak, sepantasnya dia juga mengatakan “wa jazakallohu khoiron” (dan semoga Allah juga membalasmu dengan kebaikan), yaitu didoakan sebagaimana dia mendoakan, dan seandainya ia mengucapkan semisal “wa iyyakum” sebagai athof (mengikuti) atas ucapan “Jazakum”, yakni ucapan “wa iyyakum” bermakna “sebagaimana kami mendapat kebaikan, semoga kalian juga”.


Akan tetapi jika ia membalasnya dengan ucapan “antum jazakumulloh khoiron” dan mengucapkan dengan lafadz do’a tersebut, tidak diragukan lagi bahwa ini lebih jelas dan lebih utama.” [*] –selesai nukilan fatwa Syaikh Abdul Muhsin hafidzohulloh -


[*] Di transkrip dari kaset Durus Syarh Sunan at-Tirmidzi, kitab al-Birr wash Shilah no. 222, oleh ustadz Abu Karimah hafidzohulloh. Sumber: http://ibnulqoyyim.com/content/view/36/9/, dengan perubahan dalam terjemahannya.


Dan dalil apa yang difatwakan Syaikh Abdul Muhsin di atas adalah sebagaimana dalam hadits berikut :


Dari Anas bin Malik rodhiyallohu anhu ia berkata: Usaid bin al-Hudhoir an-Naqib al-Asyhali datang kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, maka ia bercerita kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam tentang sebuah keluarga dari Bani Zhofar yang kebanyakannya adalah wanita, maka Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam membagi kepada mereka sesuatu, membaginya di antara mereka, lalu Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam berkata :


تركتَنا -يا أسيد!- حتى ذهب ما في أيدينا، فإذا سمعتَ بطعام قد أتاني؛ فأتني فاذكر لي أهل ذلك البيت، أو اذكر لي ذاك. فمكث ما شاء الله، ثم أتى رسولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طعامٌ مِن خيبر: شعيرٌ وتمرٌ، فقسَم النبيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في الناس، قال: ثم قسم في الأنصار فأجزل، قال: ثم قسم في أهل ذلك البيت فأجزل، فقال له أسيد شاكرًا له: جزاكَ اللهُ -أيْ رسولَ الله!- أطيبَ الجزاء -أو: خيرًا؛ يشك عاصم- قال : فقال له النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وأنتم معشرَ الأنصار! فجزاكم الله خيرًا- أو: أطيب الجزاء-، فإنكم – ما علمتُ- أَعِفَّةٌ صُبُرٌ


“Engkau meninggalkan kami wahai Usaid, sampai habis apa-apa yang ada pada kami, jika engkau mendengar makanan mendatangiku, maka datangilah aku dan ingatkan padaku tentang keluarga itu atau ingatkan padaku hal itu.”


Maka setelah beberapa saat, datang kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam makanan dari khoibar berupa gandum dan kurma, maka Nabi shollallohu alaihi wa sallam membaginya kepada manusia. Ia berkata: kemudian beliau membaginya kepada kaum Anshor lalu makanan itupun menjadi banyak, lalu ia berkata: kemudian beliau membaginya kepada keluarga tersebut lalu makanan itupun menjadi banyak. Lalu Usaid pun mengucapkan rasa syukurnya kepada Nabi: “Jazakallohu athyabal jaza’ –atau khoiron- (Semoga Alloh membalasmu -yaitu kepada Rosululloh- dengan sebaik-baik balasan –atau kebaikan), Ashim (perawi hadits, pent) ragu-ragu dalam lafadznya, lalu ia berkata : Nabi shollallohu alaihi wa sallam kemudian membalasnya : “wa antum ma’syarol Anshor, fa jazakumullohu khoiron –atau athyabal jaza’- (dan Kalian wahai sekalian kaum Anshor, semoga Alloh membalas kalian dengan kebaikan –atau sebaik-baik balasan), sesungguhnya setahuku kalian adalah orang-orang yang sangat menjaga kehormatan lagi penyabar…”


[HR. an-Nasa’i no. 8345, ath-Thobroni dalam Mu’jam al-Kabir no. 567, Ibnu Hibban no. 7400 & 7402, Abu Ya’la al-Mushili dalam Musnadnya no. 908, dll. Dishohihkan syaikh al-Albani dalam ash-Shohihah no. 3096]


Begitu pula terdapat contoh atsar para salaf yang mengamalkan ucapan ini. Imam Bukhori rohimahulloh meriwayatkan dalam al-Adabul mufrod dengan sanadnya dari Abu Murroh, maula Ummu Hani’ putri Abu Tholib:


:أنه ركِبَ مع أبي هُريرة إلى أرضِه بالعقيق، فإذا دَخَلَ أرْضَهُ صَاح بأعلى صوتِه : عليكِ السَّلامُ ورحمةُ اللهِ وبركاتُه يا أُمتاه! تقول


وعليكَ السَّلامُ ورحمةُ اللهِ وبركاتُه، يقول: رحمكِ اللهُ؛ ربَّيْتِني صغيرًا


فتقول: يا بُنيّ! وأنتَ فجزاكَ اللهُ خيرًا، ورضي عنك؛ كما بَرَرْتَني كبيرًا


Bahwasanya ia berkendara bersama Abu Huroiroh ke kampung halamannya di ‘Aqiiq. Ketika ia sampai di rumahnya ia berkata dengan mengeraskan suaranya: “Alaikissalam warohmatullohi wabarokatuh wahai ibuku.”


Lalu ibunya berkata :” wa’alaikassalam warohmatullohi wabarokatuh.”


Ia berkata (bersyukur kepada ibunya, pent) : “Rohimakillah (semoga Alloh merahmatimu wahai ibu), engkau telah merawatku ketika aku masih kecil.”


Maka ibunya berkata : “Wahai anakku wa anta fajazakallohu khoiron, semoga Alloh meridhoimu sebagaimana engkau berbuat baik kepadaku saat engkau sudah besar.”


[HR. al-Bukhori dalam al-Adabul Mufrod no. 15, syaikh al-Albani rohimahulloh berkata: “sanadnya hasan” dalam shohih al-Adabul Mufrod no. 11]


Dalam Thobaqot al-Hanabilah diriwayatkan:


أنبأنا المبارك عن أبي إسحاق البرمكي حدثنا محمد بن إسماعيل الوراق حدثنا علي بن محمد قال: حدثني أحمد بن محمد بن مهران حدثنا أحمد بن عصمة النيسابوري حدثنا سلمة بن شبيب قال: عزمت على النقلة إلى مكة فبعت داري فلما فرغتها وسلمتها وقفت على بابها فقلت: يا أهل الدار جاورناكم فأحسنتم جوارنا جزاكم الله خيراً وقد بعنا الدار ونحن على النقلة إلى مكة وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته قال: فأجابني من الدار مجيب فقال: وأنتم فجزاكم الله خيرا ما رأينا منكم إلا خيرا ونحن على النقلة أيضاً فإن الذي اشترى منكم الدار رافضي يشتم أبا بكر وعمر والصحابة رضي الله عنهم.


Dari Salamah bin Syabib[**], ia berkata : aku ingin pindah ke Mekkah, lalu akupun menjual rumahku. Ketika urusannya selesai aku pamit kepada tetanggaku dan mengucapkan salam sambil berdiri di depan pintu rumahnya, aku berkata: “Wahai tetanggaku, kami telah hidup bertetangga dengan kalian dan kalianpun telah berbuat baik dalam bertetangga dengan kami, jazakumulloh khoiron, aku telah menjual rumah kami dan kami akan pindah ke Mekkah, wa’alaikumussalam warohmatulloh wa barokatuh.”


Lalu seseorang dari rumah itu menjawab: “wa antum fajazakumulloh khoiron, tidaklah kami melihat pada kalian melainkan kebaikan, tapi kami mau pindah juga karena ternyata yang membeli rumah kalian adalah seorang Rofidhoh (syi’ah) yang mencela Abu Bakr, Umar dan pada shahabat rodhiyallohu anhum.”


[Thobaqot al-Hanabilah 1/65, Maktabah Syamilah]


[**] Salamah bin Syabib (W. 246 H) adalah seorang ulama salaf perowi hadits yang sezaman dengan imam Ahmad bin Hambal, adz-Dzahabi berkata tentang Salamah bin Syabib: “al-Hafidz, Hujjah”.


Dan Amal Sholeh pun Mengucapkannya


Hal ini terjadi di alam kubur, sebagaimana dalam sebuah hadits yang panjang yang diriwayatkan al-Barro’ bin Azib rodhiyallohu anhu, bahwa setelah seorang hamba yang beriman diuji (dengan pertanyaan dalam kubur, pent) dan ditetapkan dalam menjawab ujian:


يَأْتِيهِ آتٍ حَسَنُ الْوَجْهِ طَيِّبُ الرِّيحِ حَسَنُ الثِّيَابِ، فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِكَرَامَةٍ مِنَ اللهِ وَنَعِيمٍ مُقِيمٍ؛


فَيَقُولُ: وَأَنْتَ؛ فَبَشَّرَكَ اللهُ بِخَيْرٍ، مَنْ أَنْتَ؟


فَيَقُولُ: ”أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ، كُنْتَ –وَاللهِ!- سَرِيعًا فِي طَاعَةِ اللهِ، بَطِيئًا عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ؛ فَجَزَاكَ اللهُ خَيْرًا.


:ثُمَّ يُفْتَحُ لَهُ بَابٌ مِنَ الْجَنَّةِ وَبَابٌ مِنَ النَّارِ فَيُقَالُ


…هَذَا كَانَ مَنْزِلَكَ لَوْ عَصَيْتَ اللهَ، أَبْدَلَكَ اللهُ بِهِ هَذَا


Datanglah seseorang dengan wajah yang baik, berbau wangi dan memakai baju yang bagus, lalu orang tersebut berkata: “Bergembiralah dengan kemuliaan dari Alloh dan kenikmatan yang abadi”, maka hamba yang beriman tersebut bertanya: “Wa anta fa basyarokallohu bi khoirin (dan semoga Alloh juga memberimu kabar gembira berupa kebaikan), siapakah anda?” lalu orang itu menjawab : “aku adalah amal sholehmu, engkau dahulu –demi Alloh- sangat cepat dalam ta’at kepada Alloh sangat lambat (menjauhi, pent) dalam maksiat kepada Alloh, fa jazakallohu khoiron”.


Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu surga dan sebuah pintu neraka, lalu dikatakan: “Ini (neraka) adalah tempatmu seandainya engkau bermaksiat kepada Alloh, dan Alloh telah menggantikan untukmu dengan yang ini (surga)…”


[HR. Ahmad no. 17872, Abdurrozzaq dalam Mushonnaf-nya no. 6736,dll. Dishohihkan syaikh al-Albani dalam Ahkamul Jana’iz hal.158]


Maka beruntunglah seorang hamba yang diberi taufik dalam kehidupan dunianya terhadap ucapan yang baik ini, baik ia mengucapkannya maupun ia menerimanya. Dan di akhiratnya ia mendapat kabar gembira dengan ucapan ini oleh amal sholehnya. Seandainya bukan karena keutamaan dan rahmat Alloh maka ia tidak mampu beramal sholeh.


Subhanalloh… Alloh Yang Maha Memberi Nikmat, memberikan nikmat berupa taufik kepada hamba-Nya untuk beramal sholeh, kemudian memberi nikmat lagi berupa menjadikan amal sholehnya memuji hamba tersebut…


Subhanalloh… hadits yang mulia ini juga mengingatkan kita untuk cepat dalam ta’at kepada Alloh dan menjauhi maksiat…


Semoga Alloh ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk mampu mengamalkan sifat yang mulia ini…


__________________


Maroji’ :


# Artikel “Hiya Amalun Sholih wa yaquluha al-Amal ash-Sholih” yang ditulis oleh salah seorang putri syaikh al-Albani, yaitu Sukainah bintu Muhammad Nashiruddin al-Albaniyyah hafidzohalloh dalam blog beliau [tamammennah.blogspot.com], dan tulisan ini banyak mengambil faidah dari sana –fa jazahallohu khoiron-.


# Transkrip Fatwa Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad oleh ustadz Abu Karimah Askari hafidzohulloh di http://ibnulqoyyim.com/content/view/36/9/


# Al-Maktabah asy-Syamilah v3, dan penomoran hadits & atsar merujuk kepada software ini.
Read more

✿ Tentang Saya ✿

Foto Saya
Diriku jauh dari sempurna, jauh dari luar biasa, tak ada yangg bisa dibanggakan dari diriku, inilah diriku ap adanya...

✿ Entri Populer ✿