KEBINASAAN YANG PERTAMA ADALAH : MERASA TIDAK LALAI

Bismillaahirrohmanirrohiim.
Assalamua’laikum wa rahmatullaahi wa barokaatu.

Segala puji hanya milik Allah, kita memuji-Nya, meminta pertolongan dan ampunan-Nya. Kami berlindung atas keburukan jiwa dan keburukan amal-amal kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tidak akan ada seorangpun yang bisa menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, tidak akan ada seorangpun yang mampu memberikan hidayah (petunjuk) kepadanya.

Dan aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan kecuali Allah yang Mahaesa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (berserah diri kepada Allah).” (QS. Ali Imran {3}: 102)

Amma ba’du.

Ikhwaani wa Akhwaati rahiimakumullaah…

Keadaan orang yang lalai, yang tidak merasa lalai, menjadi lebih buruk dari hewan. Ini merupakan faktor pertama pembawa kebinasaan yang mengancamnya dan mengusik ketenangan dirinya.


“Jika engkau tidak mengetahuinya, maka itulah musibahnya.
Dan jika engkau mengetahui, maka musibahnya lebih besar lagi.”


Abu Hasan az-Zayyat berkata, “Demi Allah, saya tidak peduli dengan banyaknya bid’ah dan kemungkaran. Namun, saya khawatir jika hati terbiasa denganya. Segala hal ini—jika sering disaksikan—akan terasa dekat oleh jiwa dan jika terasa dekat dalam jiwa, niscaya jarang sekali orang yang tidak terpengaruh dengannya.” (Tanbiihul Ghaafiliin hlm. 93).

Maka dari itu kita harus meyakini terlebih dahulu bahwa kita sakit sehingga perlu pergi ke dokter. Sedangkan merasa sombong dan pura-pura tidak tahu, adalah tindakan yang tidak memberikan manfaat dan tidak menyembuhkan penyakit. Sebaliknya ia malah akan menambah berat penyakit dan berkecamuknya penyakit itu.

Demikian juga orang yang lalai, ia harus berpindah dari kondisi lalai ke kondisi terjaga terlebih dahulu. Setelah itu mulai melakukan pengobatan. Namun selama ia berada di bawah pengaruh obat bius, ia tidak akan merasakan sesuatu. Ia seperti orang bodoh yang tidak kunjung menerima dan mengakui bahwa ia bodoh. Lalu bagaimana ia mengakui ilmu orang yang alim? Ia juga seperti orang yang sombong yang tidak mengakui bahwa ia adalah orang yang paling hina. Kalau keadaannya seperti ini, pertanyaannya adalah bagaimana ia bersikap rendah hati kepada orang lain?

“Suatu kesulitan besar mamahamkan orang yang jahil
Apalagi ia menyangka bahwa ia lebih paham darimu
Dan suatu bangunan tidak mungkin selesai dibangun
Jika kau membangunnya dan orang lain menghancurkannya.”


Faktor penghancur pertama yang tidak boleh kita lupakan atau lalaikan adalah tidak menyerah kepada kehendak diri untuk lalai. Setan menghiaskan pandangan orang lalai bahwa ia adalah sosok yang terjaga dari dosa dan orang seperti dirinya serta orang-orang salah lainnya tidak akan masuh neraka. Dalam pikirannya, “Untuk siapa surga itu jika bukan untuk dirinya dan orang-orang seperti dirinya?”

Ibnul Jauzi mengdiagnosis penyakit ini dan berkata, “Di antara siksaan yang paling besar adalah merasa sebagai sosok yang selamat dari neraka.” Di sini kami akan jelaskan beberapa bahaya dari faktor-faktor penghancur ini yang dilalaikan oleh banyak orang. Ini dilakukan agar kita mengetahui dengan jelas bahayanya serta besarnya bahaya yang mengepung orang-orang lalai.

Orang-Orang yang Selamat Sedikit

Fitnah itu banyak sekali dan bermacam-macam, yang mencakup semua gerak jiwa, keinginan nafsu, dan tempat-tempat masuk setan, sehingga menjadi gelap gulita di banyak kondisi. Tidak ada tempat untuk bernapas bagi keimanan, tidak ada tempat selamat dari fitnah setan, dan berpegang kepada agama menjadi seperti memegang bara, seperrti sabda Rasulullah saw., Akan datang suatu zaman ketika orang yang bersabar memegang agamanya pada saat itu seperti orang yang memegang bara .” (HR. Tirmidzi dari Anas ra.).

Rasulullah saw. mengumpamakannya dengan batang-batang tikar, batang-per-batang yang diingkari oleh sebagian dan jatuh pada sebagian yang lain. Tidak ada tempat selamat dari Allah kecuali kepada-Nya.

Di antara manusia ada yang tidak tertarik dengan fitnah wanita, namun ia bisa jatuh dalam jabatan, harta haram, dan pencurian. Di antara mereka ada yang terfitnah dengan ini dan itu. Ada juga yang jatuh dalam hal-hal yang syubhat. Di antaranya adalah pangkat, popularitas, malas, kefakiran, kekayaan, kesulitan, kemakmuran, kesombongan, riya, ujub, pencurian, suap, membunuh, dusta, dan banyak fitnah lain dalam anggota tubuh dan hati. Di antaranya ada yang jelas dan ada yang tersembunyi.

Oleh karena itu Allah swt. berfirman, Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak di antaranya maupun yang tersembunyi.” (QS. al-An’aam {6}: 151).

Fitnah-fitnah itu ada yang lahir dan ada yang bathin. Tidak ada yang dapat mengukur besarnya dan menutup celah-celahnya, kecuali seseorang yang terjaga, teguh, tidak lalai, serta tidak lupa.

Diriwayatkan dari Hudzaifah ra., ia berkata bahwa saya pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda,

Fitnah-fitnah itu mengenai hati seperti dipintalnya tikar batang-per-batang. Jika hati itu menyerap fitnah itu, maka padanya tertulis satu titik hitam. Sedangkan jika hari itu mengingkarinya, maka padanya tertulis titik putih sehingga keduanya menjadi dua macam hati: hati yang putih bersih, yang tidak dapat diganggu oleh fitnah selama ada langit dan bumi, dan hati yang hitam kelam yang tidak mengetahui kebaikan juga tidak mengingkari kemungkaran, kecuali yang sejalan dengan hawa nafsunya.”

Ketika mendengar hadits ini saya seakan-akan merasakan fitnah-fitnah beterbangan menyerang seseorang dari semua penjuru dan menimpanya satu-per-satu, karena banyaknya dan menariknya.

Ketika itu meneteslah air liur dan merunduklah dahi yang sebelumnya tegak dengan tegar. Orang yang tetap tegar adalah orang yang ditegakkan oleh Allah swt., sementara orang yang menderita adalah orang yang tidak mendapatkan ketegaran dan keteguhan itu dalam dirinya serta disesatkan oleh Allah swt. dengan penyesatan setan kepadanya.

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim {14}: 27).

tebalJalan ini Amat Berbahaya. Bagaimana Bisa Selamat?

Diriwayatkan dari Abi Said al-Khudri ra. bahwa Nabi saw., beliau bersabda,

Allah swt. berfirman, ‘Hai Adam.’ Adam pun menjawab, ‘Saya penuhi panggilan-Mu ya Rabb, dan kebaikan itu semua berada dalam kekuasaan-Mu.’ Allah berfirman, ‘Keluarkanlah para penghuni neraka.’ Adam bertanya, ‘Siapakah penghuni neraka itu?’ Allah swt. berfirman, ‘Dari setiap seribu adalah sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang, dan ketika anak kecil menjadi beruban, orang hamil melahirkan, dan engkau melihat manusia mabuk, padahal mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah amat keras.’

Para sahabat bertanya, Wahai Rasulullah saw., dimanakah kita dari satu (per-seribu) itu? Beliau menjawab, “Bergembiralah, di antara kalian satu orang sementara dari Ya’juj wa Ma’juj seribu. Demi Allah yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, saya berharap agar kalian menjadi seperempat penghuni surga.” Maka kami (para sahabat) pun bertakbir. Nabi saw. bersabda, “Dan saya berharap kalian agar kalian menjadi sepertiga ahli surga.”

Maka kami (para sahabat) pun bertakbir. Rasulullah saw. bersabda lagi, “Saya berharap agar kalian menjadi setengah ahli surga.” Maka kami (para sahabat) pun bertakbir. Beliau bersabda lagi, “Kalian di antara manusia, seperti rambut hitam di kulit banteng putih atau seperti rambut putih di kulit banteng hitam
.”
(HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

Suatu ketika Hasan al-Bashri melewati orang-orang yang melakukan maksiat. Maka ia berkomentar, “Mereka lemah terhadap kemaksiatan itu. Seandainya mereka bersikap tegas terhadapnya, niscaya mereka akan terjaga darinya. ”Perkataan ini setara dengan ceramah panjang.”

Dan kamu menertawakan dan tidak menangis? Sedang kamu melengahkan(nya)? (QS. an-Najm {53}: 60-61).

Bagaimanakah keadaan orang yang telah terantuk ular beracun sementara racun ular itu sudah menjalar ke seluruh anggota tubuhnya dan kematian sudah menjadi kepastian baginya? Apakah menurut Anda ia akan tertawa, memikirkan makanan atau minuman, atau bercanda?

Laa ilaaha illallaahul ‘azhiimul haliim, laa ilaaha illallaahu robbul ‘arsyil ‘azhiim, laa ilaaha illallaahu robbus samaawaati wa robbul ardhi wa robbul ‘arsyil kariim.” {Tidak ada rabb selain Allah Yang Mahaagung lagi Mahapenyabar. Tiada rabb kecuali Allah Rabb ‘Arasy yang sangat besar. Tiada rabb kecuali Allah Rabb langit dan Rabb bumi, dan Rabb ‘Arasy yang mulia}. (HR. Bukhari, Muslim, & Ahmad).


Wassalamua’laikum wr.wb.
Muhammad Dive.
 
http://hambaallahswt.multiply.com

0 komentar:

Posting Komentar

✿ Tentang Saya ✿

Foto Saya
Diriku jauh dari sempurna, jauh dari luar biasa, tak ada yangg bisa dibanggakan dari diriku, inilah diriku ap adanya...

✿ Entri Populer ✿